Rabu, 26 Desember 2018

Sejarah Sunan Muria

Nama Kelompok :
Fifi Yahya Andrianingsih             : 181420000248
Chailis Agmelia khaeroni             : 181420000266
Rikis Desi Cahyanita                    : 181420000241
Muhammad Doni Setiawan          : 181420000252
Muhammad Fakhruddin               : 181420000262
Ricky Jafar Shodiq                       : 181420000242
Zaki Maulida                                : 181420000244
Disusun untuk memeneuhi tugas matakuliah Aswaja


-Sejarah Sunan Muria-



Ziarah ke Makam Sunan Muria di Kudus Jawa Tengah, Tempat Wisata Terindah - Di Kabupaten Kudus Jawa Tengah ada dua buah makam Walisongo yang sangat terkenal, yaitu Makam Sunan Kudus dan Makam Sunan Muria. Kedua makam ini banyak dikunjungi oleh masyarakat baik warga Kudus sendiri maupun masyarakat diluar Kudus. Makam Sunan Muria setiap harinya banyak dikunjungi oleh para peziarah,rata rata perhari sampai seribu-dua ribu peziarah.Akan lebih ramai lagi pada hari Kamis Wage karena pada hari itu dipercaya sebagai hari neton Sunan Muria. Makam Sunan Muria merupakan makam yang cukup unik karena berlokasi di lereng Gunung Muria. Akses ke lokasi makam lumayan berat karena berada di puncak sebuah bukut. Untuk sampai ke lokasi makam, anda harus menempuh perjalanan yang naik turun. Namun  anda jangan khawatir karena disini banyak sekali ojek yang siap mengantarkan anda ke lokasi Makam. Biaya ojek di Makam Sunan Muria tidak lah mahal, yaitu sekitar Rp. 8000-Rp.15000 sekali jalan, itu sudah diantar sampai ke lokasi Makam.

Makam Sunan Muria terletak di lereng Gunung Muria di Kabupaten Kudus Jawa Tengah atau tepatnya beralamat di Desa Colo Kecamatan Dawe Kab. Kudus. Dari Terminal Kudus, anda dapat naik angkutan kota yang langsung menuju ke Muria, yaitu jurusan Colo.Nama Muria diambil dari nama tempat tinggal terakhir beliau di lereng Gunung Muria, kira-kira delapan belas kilometer ke utara Kota Kudus. Seperti ayahnya, dalam berdakwah beliau menggunakan cara halus, ibarat mengambil ikan tidak sampai mengeruhkan airnya.  Itulah cara yang ditempuh untuk menyiarkan agama Islam di sekitar Gunung Muria.

Perlu diketahui bahwa nama kota Kudus mungkin diambil dari sebuah inskripsi tentang berdirinya Masjid Menara Kudus, yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun  956 H.   (1549 M) yang mengatakan bahwa kota ini bernama Al Quds.Maka nama Muria mengingatkan kita pada nama sebuah bukit di dekat kota Baitul Maqdis atau Yerussalam atau Darussalam itu.

Desa Colo dijadikan obyek pariwisata oleh Pemerintah Daerah Kudus. Di sana telah berdiri banyak villa, dengan hawanya yang sejuk, terdapat sebuah grojogan atau air terjun (curug) bernama MONTHEL. Bila hari Minggu banyak orang berekreasi, terutama pada hari-hari ramainya ziarah ke makam Sunan Muria, yakni pada hari-hari Kaniis Legi dan Jum 'at Paing.


Sunan muria merupakan putra dari Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh. Nama asli dari Sunan Muria adalah Raden Umar Syahid.Tapi menurut Habib Luthfi,Sunan Muria adalah putra Sunan Ngudung(Usman Haji).Dalam melakukan dakwah, iya menggunakan cara yang seperti ayahnya gunakan. yaitu dengan cara yang halus. Ibarat mengambil ikan, tetapi sangan sampai mengeruhkan airnya. Itulah cara yang ditempuhnya untuk menyiarkan agama islam di sekitar gunung muria.Sasaran dakwah dari Sunan Muria adalah para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Ia adalah satu-atunya wali yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk menyampaikan islam. Dan, ia juga yang telah menciptakan berbagai tembang jawa. Tempat dakwahnya berada di sekitar gunung muria, kemudian dakwahnya diperlua meliputi Tayu, Juwana, kudus, dan lereng gunung muria. Ia dikenal dengan sebutan sunan muria karena tinggal di gunung.


Sunan muria adalah wali yang terkenal memiliki kesaktian. Ia memiliki fisik yang kuat karena sering naik turun gunung muria yang tingginya sekitar 750 meter. Bayangkan, jika ia dan istrinya atau muridnya harus naik turun gunung setiap hari untuk menyebarkan agama islam kepada penduduk setempat, atau berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang. Hak itu tidak dapat dilakukannya tenpa fisik yang kuat.



Ada mitos mengatakan bahwa sebelum ke makam untuk menyentuh atas pintu masuk, karena doa yang di panjatkan dan melantarkan doa tersebut kepada para wali agar doanya tercapai.

Peninggalan-peninggalan Sunan Muria :

1.Gentong

Situs air gentong ini berada di dekat pemakaman Sunan Muria. Biasanya, setelah para pengunjung telah selesai berziarah, kuncen menawarkan para pengunjung untuk membawa air tersebut. Konon, air tersebut dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Air gentong ini pernah menyembuhkan penyakit yang aneh, bahkan penyakit parah yang tidak pernah sembuh sebelumnya.Tapi gentong yang asli sudah tidak dapat di gunakan lagi.

2.Masjid


Masjid itu telah dipugar sehingga hilang keasliannya, kecuali hanya beberapa bagian saja yang masih asli. Itu pun tidak luput dari pemugaran. Saat ini masjid itu dibagi dua, yaitu masjid yang khusus untuk kaum pria, di dalamny a kita masih bisa beberapa peninggalan asli Sunan Muria, seperti mihrab (tempat imam), umpak batu (tempat penyangga tiang masjid) sebanyak empat buah yang dibawa dari Pulau Bali, dan sebuah gayor (beduk). Sedangkan, masjid yang khusus untuk wanita adalah tambahan baru hasil renovasi tahun 1976 yang peresmiannya dilakukan oleh Bupati KDH Tingkat II Kudus pada tahun 1978.


SILSILAH SUNAN MURIA

Dalam "Pustoko Darah Agung" Silsilah Sunan Muria dijelaskan sebagai berikut:

1. Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad saw).
2. Berputera Sayid Abbas.
3. Berputera Sayid Abdul As-har.
4. Berputera, Syekh Wais ( Syekh Wakhid?).
5. Berputera Syekh Mudzakir.
6. Berputera Syekh Abdullah.
7. Berputera Syekh Kurames.
8. Berputera Syekh Mubarak.
9. Berputera Syekh Abdullah.
10. Berputera Syekh Ma'ruf.
11. Berputera Syekh Arifin.
12. Berputera Syekh Hasanuddin.
13. Berputera Syekh Jamal.
14. Berputera Syekh Ahmad.
15. Berputera Syekh Abdullah.
16. Berputera Syekh Abbas.
17. Berputera Syekh Abdullah.
18. Berputera Syekh Kurames, pendeta di Makkah.
19. Berputera Abdur Rakhman Kemudian beliau ini ke P. Jawa (Majapahit), mendapat gelar Ario
      (Arya), berganti nama Teja, alias Ario Teja, kemudian menjadi Bupati Tuban.
20. Berputera Ario Teja I, Bupati Tuban.
21. Berputera Ario Tejo Laku, Tuban.
22. Berputera Ario Tejo, Bupati Tuban.
23. Berputera Raden Tumenggung Wilotikto, Bupati Tuban.
24. Berputera Raden Mas Said (Sunan Kalijaga).
25. Dan akhirnya berputera Raden Umar Said alias Sunan Muria.



ISTRI DAN KETURUNAN SUNAN MURIA

Menurut catatan yang dapat dipercaya, isteri Sunan Muria bernama Dewi Sujinah, puteri Sunan Ngudung alias Raden Usman Haji. Jadi Sunan Muria adalah iparnya Sunan Kudus, karena Dewi Sujinah itu kakaknya Sunan Kudus. Dewi Sujinah dimakamkan di belakang Masjid Menara Kudus, yakni di komplek makam Sunan Kudus.

1. Pangeran Santri

Dalam pernikahannya dengan Dewi Sujinah itu Sunan Muria mempunyai seorang putera yang bernama Pangeran Santri yang kemudian dinamakan pula Sunan Ngadilangu. Dengan sebutan Sunan Ngadilangu ini, maka dapat menguatkan pula pendapat bahwa Sunan Muria adalah puteranya Sunan Kalijaga yang berdomisili di Kadilangu Demak. Terbukti cucunya Sunan Kalijaga ini (yakni Pangeran Santri) diberi paraban atau julukan pula dengan Sunan Ngadilangu.

2. Panembahan Pengulu Patih

Menurut sumber dari Kadilangu Demak ('Tustoko Darah Agung"), Panembahan Pengulu Patih adalah putera Sunan Muria. Yang disebutkan hanya satu orang itu. Dan tentunya ini tidak membuka kemungkinan bahwa Sunan Muria mempunyai putera lain selain Panembahan Pengulu Patih, yang tentunya dari isteri yang lain. (Namun dalam catatan tidak disebutkan bahwa Sunan Muria mempunyai isteri-isteri lagi selain Dewi Sujinah).

Sumber tersebut tertulis sebagai berikut :

1. Raden Umar Said Sunan Muria
2. Berputera Panembahan Pengulu Patih
3. Berputera Panembahan Jogodipo, di Colo
4. Berputera Pangeran Sokusumo alias Pangeran Agung
5. Berputera Pangeran Wongsokusumo, di Jatikambang
6. Berputera Pangeran Joyotruno, di Jatipandak
7. Berputera Pangeran Hartokusumo.

3. Raden Ayu Nasiki

Menurut Juru Kunci makam Sunan Muria (Karto Dirono), makam (jirat nisan) yang ada di sisi (sebelah timumya) pasareyan atau nisannya Sunan Muria, adalah puterinya Sunan Muria juga yang bernama Raden Ayu Nasiki.

4. Dewi Roroyono

Tentang Dewi Roroyono yang konon menurut cerita rakyat adalah isteri Sunan Muria, ini memang tidak tercatat dalam buku-buku sejarah yang ada.

5. Raden Ayu Nawangsih

Juga Raden Ayu Nawangsih dan Kebonabrang yang juga menurut cerita rakyat adalah sebagai putera Sunan Muria, hal ini tidak tercatat dalam buku sejarah. Mungkin masih ada isteri atau para putera Sunan Muria yang lain, tetapi itu semua terdapat dalam dongeng cerita rakyat.